All England Championships tahun ini berhasil dimenangkan oleh pasangan ganda putri asal Jepang, Yuki Fukushima dan Sayaka Hirota, pada Minggu (21/3/2021). Ini merupakan gelar juara ketiga berturut-turut bagi pasangan tersebut di turnamen Gargantuan 1000 yang diadakan di Birmingham, Inggris.
Namun, perlu dicatat bahwa Indonesia belum pernah menghasilkan juara All England di sektor ganda putri selama dekade terakhir. Terakhir kali, Indonesia meraih gelar juara tersebut pada tahun 2010 melalui pasangan Greysia Polii dan Vita Marissa.
Kekalahan yang dialami tim ganda putri Indonesia di turnamen All England selama dekade terakhir terbilang cukup menyakitkan. Pasangan ganda putri Indonesia seperti Liliyana Natsir/Tianti Andini dan Greysia Polii/Apriyani Rahayu yang sebelumnya dijagokan, tidak mampu mengangkat trofi juara.
Pada tahun 2019, pasangan Liliyana Natsir/Tianti Andini harus mengakui keunggulan pasangan asal Jepang, Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara. Sementara itu, pasangan Greysia Polii/Apriyani Rahayu yang diunggulkan justru kalah dari wakil Taiwan, Chang Ye-na/Jung Kyung-eun.
Hal serupa terjadi pada tahun 2020, ketika pasangan Greysia Polii/Apriyani Rahayu bahkan gagal melaju ke partai final. Kekalahan tersebut didapat dari pasangan Jepang, Yuki Fukushima/Sayaka Hirota.
Ketua Umum PB PBSI, Agung Firman Sampurna, mengakui bahwa tim ganda putri Indonesia masih perlu meningkatkan performa dalam menghadapi lawan-lawannya di turnamen All England. “Kami memang belum berhasil memenangkan gelar juara All England di sektor ganda putri selama dekade terakhir. Namun, kami terus melakukan evaluasi dan perbaikan agar bisa bersaing dengan tim-tim lainnya,” ujar Agung.
Salah satu faktor yang bisa mempengaruhi kinerja tim ganda putri Indonesia di All England adalah persaingan yang semakin ketat di sektor tersebut. Pasangan-pasangan dari Korea Selatan, Jepang, Taiwan, dan China menjadi ancaman yang harus diwaspadai.
Selain itu, kurangnya kesiapan fisik dan psychological juga bisa menjadi kendala bagi para pemain ganda putri Indonesia. Terlebih dalam masa pandemi COVID-19 seperti sekarang, para pemain harus bekerja ekstra keras mengingat terbatasnya kesempatan untuk berlatih dan bertanding.
Meski begitu, Agung Firman Sampurna menegaskan bahwa para pemain ganda putri Indonesia tetap akan diberikan kesempatan dan dukungan untuk terus berkembang. “Kami akan terus memberikan pelatihan dan fasilitas yang memadai untuk para pemain ganda putri, agar mereka bisa menunjukkan kemampuan terbaiknya di All England maupun turnamen lainnya,” tandasnya.
Selain itu, Agung juga menambahkan bahwa PBSI berharap agar para pemain bisa belajar dari kegagalan di masa lalu, dan menjadi motivasi untuk terus berjuang meraih kemenangan di masa depan. “Kami yakin bahwa para pemain ganda putri Indonesia bisa tampil lebih baik di All England dan turnamen-turnamen lainnya. Tinggal seberapa besar kemauan mereka untuk terus belajar dan berusaha,” tutup Agung.
Meski belum berhasil meraih gelar juara di All England selama dekade terakhir, Indonesia tetap memiliki potensi besar di sektor ganda putri. Greysia Polii/Apriyani Rahayu, yang baru-baru ini berada di puncak ranking dunia, menjadi bukti nyata bahwa Indonesia masih memiliki kekuatan dalam menghadapi persaingan di tingkat dunia.
Para pemain muda seperti Putri Kusuma Wardani/Lekatrina Puspita Dewi atau Rizki Amelia Pradipta/Pia Zebadiah Bernadet juga berpotensi menjadi pelapis yang mampu membawa Indonesia meraih gelar juara All England di masa depan.
Saat ini, para pemain ganda putri Indonesia perlu bekerja keras dan memperbaiki performa di ajang-ajang internasional, terutama di turnamen Gargantuan 1000 seperti All England. Semoga Indonesia bisa meraih kembali gelar juara di All England sektor ganda putri pada tahun-tahun mendatang.