Apa alternatif mata uang yang akan dipakai dalam perdagangan di Irak setelah larangan penggunaan dolar diberlakukan?
Pemerintah Irak baru-baru ini mengumumkan keputusan yang cukup kontroversial, yaitu melarang penggunaan Dolar Amerika Serikat (AS) dalam transaksi bisnis di negaranya. Keputusan ini membuat banyak perusahaan swasta dan badan pemerintah Irak merasa khawatir dan bingung tentang cara bertransaksi dalam mata uang yang berbeda. Larangan ini diberlakukan dengan alasan untuk melindungi kepentingan nasional dan ekonomi Irak dari campur tangan asing.
Sebagai negara yang memiliki cadangan minyak dan sumber daya alam lainnya yang melimpah, Irak selalu menjadi perhatian negara-negara asing yang ingin menguasai sumber daya tersebut. Penggunaan Dolar AS dalam bisnis di Irak Memberikan keuntungan bagi Amerika, karena memberikan kekuatan ekonomi dan politik yang besar dalam hubungan antar-negara. Melalui Dolar AS, Amerika Serikat dapat mempengaruhi dan mengontrol harga minyak dan sumber daya alam lainnya di pasar internasional.
Namun, kebijakan baru yang diberlakukan oleh pemerintah Irak, ini mungkin akan mengubah status quo tersebut, dan akan menempatkan Irak dalam posisi yang lebih kuat dalam bisnis internasional. Dilarangnya Dolar AS juga akan membuat negara lain memiliki keinginan yang lebih besar untuk berdagang dengan Irak, karena negara tersebut akan merasa lebih aman dan tahu persis dengan apa yang mereka akan mendapatkannya.
Meskipun larangan ini baru diberlakukan, kedepannya, Irak akan menggunakan mata uang lain seperti Dinar Irak atau mata uang lain yang dipercaya sebagai alat pembayaran bisnis. Hal ini merupakan strategi pengembangan yang baik untuk membangun sistem keuangan yang lebih kuat dan mandiri bagi negara Iraq, yang pada akhirnya akan memperkuat nilai tukar mata uang mereka dalam skala internasional.
Selain itu, selama beberapa tahun terakhir, nilai Dolar AS tidak stabil dengan kondisi ekonomi global dan situasi finansial yang tidak menentu. Hal ini sangat berdampak pada perdagangan internasional, khususnya pada negara-negara yang bergantung pada Dolar AS untuk melakukan bisnis mereka. Sebagai contohnya, fluktuasi harga minyak di pasar internasional yang seiring dengan fluktuasi nilai tukar Dolar AS, membuat harga minyak fluktuatif dan tidak stabil. Oleh karena itu, melarang penggunaan Dolar AS akan membantu Irak untuk menghindari dampak negatif dari fluktuasi harga.
Selain itu, larangan ini juga menunjukkan bahwa Irak berusaha untuk bergerak lebih mandiri dan merdeka dalam menjalankan urusan bisnis mereka di pasar global. Sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, Indonesia berpotensi menjadi penghasil minyak dunia terbesar di masa depan, dan sehingga memperoleh keuntungan yang besar dari penjualan sumber daya alamnya.
Namun, Indonesia masih sangat bergantung pada Dolar AS dalam melakukan bisnis internasional, dan hal ini sangat mempengaruhi kestabilan nilai tukar mata uang, implementasi kebijakan fiskal dan moneter, serta pengembangan ekonomi nasional. Oleh karena itu, langkah yang diambil oleh pemerintah Irak ini memberikan inspirasi untuk memikirkan kembali tentang strategi pengembangan ekonomi Indonesia.
Namun, hal ini bukanlah tanpa risiko. Larangan penggunaan Dolar AS dalam bisnis internasional dapat mempengaruhi hubungan ekonomi dan politik antara Irak dengan negara-negara lain, khususnya Amerika Serikat. Kebijakan ini dapat memicu perang perdagangan atau sanksi ekonomi dari Amerika Serikat terhadap Irak, yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi Irak ke depan.
Oleh karena itu, pemerintah Irak perlu mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang dan melakukan komunikasi yang jelas dan terbuka dengan negara-negara lain mengenai kebijakan baru mereka. Di sisi lain, negara-negara lain juga perlu membuka pikirannya dan menerapkan strategi pengembangan ekonomi yang lebih baik dan mandiri, serta mengambil pelajaran dari kebijakan pemerintah Irak tersebut.
Secara keseluruhan, larangan penggunaan Dolar AS oleh pemerintah Irak merupakan kebijakan yang kontroversial dan menantang, namun bisa menjadi langkah penting untuk membangun ekonomi yang lebih mandiri dan stabil bagi negara tersebut. Hal ini juga memberikan inspirasi bagi negara-negara lain untuk mengembangkan strategi pengembangan ekonomi yang lebih baik dan mandiri, serta mengurangi ketergantungan pada mata uang yang tidak stabil dan memperkuat kembali kepentingan nasional dan ekonomi mereka.