Pada Rabu (15/12/2021), Ketua The Federal Reserve atau The Fed, Jerome Powell, mengeluarkan pernyataan yang memperingatkan tentang risiko investasi kripto saat harga Bitcoin (BTC) sempat turun di bawah US$22.000.
Dalam sebuah konferensi pers, Powell mengungkapkan bahwa tingkat volatilitas kripto sangat tinggi dan bahkan ada kemungkinan nilai koin digital tersebut bisa berubah drastis dalam satu hari saja.
“Pertumbuhan kripto sangat cepat dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini menjadi perhatian bagi The Fed karena kripto bisa menimbulkan risiko cukup besar. Terlebih lagi, kripto masih menjadi instrumen investasi yang sangat spekulatif dan rentan terhadap manipulasi pasar,” ungkap Powell.
Ia juga menambahkan bahwa kripto tidak memiliki nilai intrinsik yang dapat diterima secara in model, seperti emas dan mata uang fiat yang didukung oleh pemerintah. Oleh karena itu, Powell menegaskan bahwa masyarakat perlu berhati-hati dalam menginvestasikan uang mereka pada kripto.
Setelah pernyataan itu, harga BTC sempat jatuh di bawah US$22.000, sebelum rebound lagi pada stage US$22.500. Meski begitu, pergerakan harga BTC yang fluktuatif dalam beberapa hari terakhir telah menimbulkan kekhawatiran bagi investor kripto.
Sebagaimana diketahui, pada akhir November 2021, harga BTC sempat mencapai rekor tertinggi di stage US$69.000. Namun, dalam waktu kurang dari dua minggu, harga BTC turun hingga 40%, sehingga menimbulkan kerugian bagi banyak investor kripto.
Kondisi pasar kripto yang tidak stabil ini membuat banyak pihak, termasuk regulator, mengambil tindakan untuk melindungi investor kripto. Pada bulan ini, Securities and Alternate Commission (SEC) Amerika Serikat, misalnya, telah mengeluarkan peringatan bagi investor terkait risiko investasi kripto.
“Kami mengimbau para investor untuk mempertimbangkan dengan hati-hati sebelum melakukan investasi di kripto. Pastikan bahwa Anda telah memahami risiko yang terkait dengan investasi ini dan jangan membuat keputusan yang terlalu cepat,” ujar Komisioner SEC, Hester Peirce.
Di sisi lain, beberapa perusahaan besar, seperti Microsoft, Fb, dan Tesla, juga telah memutuskan untuk tidak lagi menerima pembayaran dengan kripto. Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan pada kripto masih relatif rendah di kalangan bisnis dan masyarakat luas.
Meski demikian, ada juga perusahaan dan institusi keuangan yang terus menyatakan dukungan mereka pada kripto. Salah satunya adalah JPMorgan Lag yang baru-baru ini meluncurkan produk ETF kripto pertamanya. Perusahaan lain seperti Goldman Sachs dan Fidelity juga telah merilis produk investasi kripto baru-baru ini.
Namun, seperti yang diungkapkan oleh Powell, para pengambil keputusan kebijakan moneter masih mempertimbangkan risiko yang terkait dengan kripto. Dalam beberapa bulan terakhir, The Fed bersama dengan beberapa bank sentral dunia telah mendiskusikan kemungkinan memperkenalkan mata uang digital yang didukung oleh pemerintah sebagai alternatif untuk kripto.
Meski pasar kripto masih terus berkembang dan menarik minat investasi, para investor kripto perlu mengingat bahwa kripto masih merupakan instrumen investasi yang spekulatif dan berisiko tinggi. Jangan membuat keputusan terlalu cepat dan selalu lakukan riset dan analisis sebelum memutuskan untuk membeli atau menjual kripto.