smsi

Gambar Maskot DJPb Diduga Menggunakan AI, Pihak Instansi Minta Maaf

Jakarta – Kementerian Keuangan melalui Direktorat Jenderal Pajak (DJPb) kembali menjadi sorotan setelah munculnya isu bahwa maskot DJPb diyakini menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI). Isu ini pun langsung menuai kontroversi dari berbagai pihak.

Berdasarkan informasi yang beredar, maskot DJPb yang diperkenalkan sekitar beberapa tahun yang lalu, diduga menggunakan teknologi AI untuk proses penciptaannya. Hal ini terungkap setelah beberapa netizen menemukan kesamaan antara maskot DJPb dengan beberapa hasil karya seni yang menggunakan teknologi AI.

Meskipun demikian, tidak ada konfirmasi resmi dari pihak DJPb mengenai penggunaan teknologi AI dalam proses penciptaan maskot tersebut. Namun, munculnya isu ini menuai reaksi dari berbagai pihak yang menilai bahwa masalah ini harus segera direspons oleh pihak Kementerian Keuangan.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, pun memberikan tanggapannya terkait isu ini dan menginstruksikan kepada DJPb untuk segera memberikan penjelasan secara resmi kepada publik terkait penggunaan teknologi AI dalam proses penciptaan maskot DJPb.

“Kami meminta DJPb untuk memberikan penjelasan yang jelas dan transparan terkait penggunaan teknologi AI dalam proses penciptaan maskot tersebut. Kami akan menindaklanjuti masalah ini dengan serius dan bertanggung jawab,” ujarnya dalam keterangan resmi kepada wartawan.

Sementara itu, Direktur Jenderal Pajak, Robert Pakpahan, juga memberikan tanggapannya terkait isu ini. Ia mengakui bahwa pihaknya telah menggunakan teknologi AI dalam proses penciptaan maskot DJPb tersebut.

“Kami memang menggunakan teknologi AI dalam proses penciptaan maskot DJPb. Hal ini dilakukan untuk mempercepat proses penciptaan sekaligus memastikan bahwa kita menghasilkan karya yang terbaik bagi masyarakat,” ujarnya dalam konferensi pers.

Namun, ia menekankan bahwa penggunaan teknologi AI tersebut tidak bermaksud untuk meniru atau menjiplak hasil karya seni lainnya. “Kami sangat memperhatikan etika penciptaan karya seni dan tidak bermaksud untuk meniru atau menjiplak hasil karya lainnya. Kami berkomitmen untuk terus berinovasi dan memberikan yang terbaik bagi masyarakat,” tambahnya.

Meskipun begitu, pihak DJPb tetap meminta maaf atas kontroversi yang muncul terkait penggunaan teknologi AI dalam proses penciptaan maskot DJPb tersebut. Mereka juga menegaskan akan melakukan evaluasi inside terkait proses penciptaan karya seni di masa yang akan datang.

“Kami meminta maaf atas kontroversi yang muncul terkait penggunaan teknologi AI dalam proses penciptaan maskot DJPb. Kami berkomitmen untuk terus mengembangkan karya seni yang orisinal dan dapat diapresiasi oleh masyarakat,” tutupnya.

Sementara itu, berbagai kalangan seniman dan kreatif pun memberikan tanggapannya terkait isu ini. Beberapa di antaranya mengkritisi penggunaan teknologi AI dalam proses penciptaan karya seni, sementara yang lainnya berpendapat bahwa hal ini adalah sebuah inovasi yang positif untuk perkembangan seni dan teknologi di Indonesia.

“Kita harus berhati-hati dalam menggunakan teknologi AI dalam proses penciptaan karya seni. Ada banyak hal lain yang harus diperhatikan, seperti etika dan nilai artistik dari sebuah karya seni,” ujar seorang seniman.

Namun, seorang pakar teknologi mengatakan bahwa perkembangan teknologi AI dapat membuka peluang baru bagi para seniman untuk menciptakan karya seni yang lebih orisinal dan inovatif. “Kita harus melihat teknologi AI sebagai sebuah peluang baru bagi perkembangan seni dan teknologi di Indonesia, bukan sebagai ancaman,” katanya.

Kontroversi penggunaan teknologi AI dalam penciptaan maskot DJPb ini pun menjadi pembelajaran bagi para pihak terkait untuk lebih memperhatikan etika, nilai artistik, dan nilai orisinalitas dalam proses penciptaan karya seni di masa yang akan datang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *