Kabar terbaru dari Papua Tengah mengenai wabah campak yang terjadi di wilayah tersebut ternyata semakin mengkhawatirkan. Wabah yang disebut sebagai KLB atau Kejadian Luar Biasa diketahui telah melanda tiga daerah di Papua Tengah, termasuk Mimika yang menjadi wilayah pertambangan Freeport. Persoalan KLB campak ini seharusnya menjadi perhatian bersama karena selain dapat mengganggu kesehatan masyarakat, juga bisa berdampak pada ketenangan dan ketertiban wilayah.
Menurut informasi yang berhasil dihimpun, wilayah Mimika menjadi daerah terparah terdampak KLB campak ini. Laporan pencatatan kasus pengidap campak yang menunjukan angka semakin meningkat sejak awal tahun. Bahkan, data terbaru yang dihimpun oleh tim kesehatan dari Pemkab Mimika mengindikasikan telah terdapat lebih dari 100 kasus campak yang telah ditemukan dalam waktu dua bulan terakhir. Pihak kesehatan daerah terus melakukan upaya pencegahan dan pengobatan terhadap masyarakat yang terindikasi terpapar campak.
Meski campak bukan termasuk penyakit yang mematikan, namun tetap dapat mengganggu kesehatan tubuh dan menyebabkan komplikasi yang lebih serius. Karenanya, Pemkab Mimika dan Tim Gugus Tugas Pengendalian KLB Campak terus berupaya menjaga situasi agar tidak semakin meruncing. Beberapa upaya dan langkah-langkah sudah dilakukan dalam upaya menangani KLB campak ini, antara lain dengan melakukan penyebaran informasi edukatif mengenai campak dan cara pencegahan, melakukan vaksinasi massal, hingga melakukan imunisasi terhadap masyarakat yang teridentifikasi memiliki riwayat perjalanan ke wilayah terjangkit.
Selain wilayah Mimika, daerah-daerah lain di Papua Tengah seperti Puncak dan Paniai juga dilaporkan terdampak KLB campak ini. Sebagaimana halnya di Mimika, Pemkab Puncak dan Paniai juga telah melakukan sejumlah upaya untuk mengendalikan kejadian luar biasa ini. Sejumlah program dan kegiatan dilakukan oleh pihak kesehatan, seperti penyebaran informasi, vaksinasi massal, hingga monitoring kasus yang terjadi di setiap daerah.
Pendekatan yang dilakukan oleh Pemkab Puncak tergolong unik, dimana mereka menggandeng kader-kader PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) setempat untuk menjadi agen penyuluhan dalam memberikan edukasi dan informasi mengenai campak. Hal ini dilakukan karena kader-kader PKK dapat mengunjungi dan membaur dengan masyarakat di tingkat bawah dengan lebih mudah, mampu menghadirkan sosialisasi dengan cara yang mudah dicerna oleh masyarakat, dan lebih dikenal oleh warga.
Sementara di Paniai, sejumlah program yang dilakukan untuk mengatasi KLB campak ini mencakup penyebaran informasi melalui media massa, pengumpulan data, serta vaksinasi massal. Pihak kesehatan juga rutin melakukan pemeriksaan kesehatan ke setiap sekolah di Paniai sebagai upaya antisipasi dalam menyikapi adanya KLB campak.
KLB campak di Papua Tengah bisa saja berdampak pada beberapa aspek, terutama ketenangan dan ketertiban wilayah. Sebab, jika tidak segera ditangani dengan baik dan tepat, kemungkinan efek lanjutan dari KLB campak bisa berakibat timbulnya gejolak di masyarakat akibat kepanikan atas wabah tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya bersama dari berbagai pihak untuk menekan laju penyebaran KLB campak di wilayah-wilayah tertentu di Papua Tengah seperti Mimika, Puncak, dan Paniai.
Kementrian Kesehatan RI juga diharapkan dapat memperketat pengawasan terhadap wabah campak ini di wilayah terpencil di Papua Tengah. Sekalipun penyakit campak ini bukan merupakan ancaman besar bagi kesehatan, namun ketika sudah menjadi KLB, penanganannya harus dilakukan dengan serius dan tepat. Semoga masyarakat dan pemangku kepentingan di Papua Tengah dapat bersama-sama dalam mengatasi dan menangani KLB campak ini dengan baik dan tepat, sehingga dapat terjadi kelangsungan hidup yang lebih baik dan sehat bagi masyarakat Papua dan Indonesia pada umumnya.