ads

Prodi Ilmu Gizi dan Biologi Universitas Dhyana Pura Bali Berbagi Pengalaman Para Peraih Beasiswa Dalam Talkshow Bio Nutrition Ke-5

Deempatbelas.com 

Bali – Kegagalan mengikuti seleksi Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Dalam Negeri (BPPDN) tak menyurutkan semangat perjuangan I Made Wisnu Adhi Putra, S.Si.M.Sc untuk mengikuti seleksi beasiswa lainnya. Hal itu ia buktikan dengan lolosnya beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) melalui skema Beasiswa Unggulan Dosen Indonesia Dalam Negeri (BUDI-DN).

Pengalaman ini dibagikan oleh Wisnu Adhi Putra, Dosen Biologi Universitas Dhyana Pura Bali dalam talk show Bionutrition Series ke-5 Sabtu, (25/09).

Melalui Zoom Meeting dipandu oleh Dr.nat.techn Ida Bagus Agung Yogeswara.S.TP.M.Sc, Dosen Prodi Ilmu Gizi Universitas Dhyana Pura dan Sebagai Awardee LPDP. Tema Tips dan Strategi Study S2-S3 dengan beasiswa.

Wisnu yang tergabung dalam PK-165 dan sedang menempuh studi di Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada mengatakan, kegiatan PK (Pra Keberangkatan) harus diikuti oleh para Awardee, selama 1 minggu secara offline atau 2 minggu secara online.

Seleksi wawancara LPDP dilakukan dengan dua tahap yaitu. Tahap pertama dilaksanakan oleh perwakilan LPDP, akademisi dan psikologi. Sedangkan tahap kedua lebih mengenai nasionalisme dan kebangsaan.

“Untuk mahasiswa calon Doktor harus memiliki rencana riset dan mencari promotor agar dapat mendapatkan LOA (Letter of Acceptance), “kata Wisnu.

Kepada peserta, Wisnu memberikan beberapa tips yaitu, mempersiapkan diri dengan matang terutama TOEFL ITP, membaca dan mentaati buku panduan serta sabar dan berdoa agar keberhasilan mudah dicapai.

Tak kalah menarik dengan pengalaman yang dialami oleh Wisnu saat memperoleh beasiswa juga diutarakan oleh Dr.nat.techn I Putu Krishna Wijaya, yang merupakan Awardee OEAD dan Erasmus yang saat ini bekerja sebagai Landslize Hazard Specialist menyebutkan, Krishna merupakan akademisi lulusan University of Natural Resources and Life Sciences BOKU Vienna, Austria memberikan gambaran mengenai study di Austria.

“Studi di Austria dapat dilakukan lintas Universitas yang ada di Austria. Jadi kita bisa mengambil mata kuliah yang relevan di luar kampus dengan studi dan biaya yang murah atau sekitar 13 juta per semesternya, “ungkapnya.

Lanjut Krishna menyebutkan, belajar di Austria menggunakan Bahasa Jerman dan Inggris, sehingga disarankan bisa menguasai bahasa tersebut, dan memang kegiatan belajar kebanyakan menggunakan bahasa Inggris.

Untuk mengetahui Scholarship di Austria bisa mengunjungi website di grants.at. Untuk calon doctoral bisa mengikuti beasiswa ASEA-UNINET (OEAD) yang diberikan selama 3 tahun.

” Untuk beasiswa Erasmus bisa dilakukan lintas negara, jadi kuliah dilakukan di negara yang berbeda. Keunggulan beasiswa Erasmus adalah Allowance yang diberikan lebih tinggi dibandingkan dengan beasiswa lainnya. Selain itu Awardee Erasmus mendapatkan peluang dan info lowongan bekerja di Eropa.”Terang Krishna.

“Berbeda dengan LPDP pada beasiswa OEAD wawancara lebih mengedepankan mengenai riset yang akan dilakukan, sehingga kita harus dapat meyakinkan reviewer bahwa riset kita sangat penting bagi kedua negara. Krishna membagikan tips kepada peserta agar menyusun permasalahannya dan solusi yang bisa kita berikan agar meyakinkan reviewer beasiswa dan pilihlah promotor yang pernah atau memiliki ketertarikan riset di Asia sehingga mudah mendapatkan LOA.”Tambah Krisna.

Pengalaman lainnya juga dibagikan oleh Setyo Purwaningsih, M.Sc. yang sempat bermimpi untuk dapat mengenyam pendidikan tinggi memiliki gelar sarjana dengan kondisi ekonomi keluarganya yang pas-pasan tidak menyurutkan semangat Setyo.

Setyo seorang Awardee LPDP, merupakan lulusan Bristol University, United Kingdom yang kini juga menjabat sebagai Ketua Mata Garuda LPDP Bali dan CO-Founder Time Coding Academy yang telah tersebar di Asia ini mengaku untuk biaya hidup selama belajar di luar negri sempat bekerja sebagai pengasuh anak di Belanda. Hal tersebut menjadi motivasi dirinya sampai akhirnya ia berhasil melanjutkan studi dengan beasiswa LPDP jalur regular-LN.

“Beasiswa LPDP regular lebih diutamakan yang telah memiliki LoA dari kampus tujuan kita dan memiliki IELT minimal 6,5 untuk master atau 7,0 untuk Doctoral”, kata Setyo.

Masih Setyo menyebutkan, berbagai keuntungan diterima oleh Awardee LPDP melalui beasiswa-LN dari biaya keberangkatan yaitu visa dan tiket pesawat, biaya kuliah, living allowance, serta biaya buku.

Untuk dapat lolos beasiswa regular, Setyo memberikan tips agar menyusun mulai dari permasalahan berdasarkan pengalaman yang telah kita kerjakan, misalnya dari tempat kerja atau menjadi volunteer dengan solusi yang di dapatkan dari kampus tujuan melalui study case yang diimplementasikan ke tempat kerja atau komunitas.

“Jangan terlalu muluk-muluk dalam menyampaikan implementasi karena nanti akan dinilai berlebihan oleh orang yang melihat kembali atau viewer. “Tutupnya.

Acara Bio Nutrition Talk yang diselenggarakan oleh program studi ilmu gizi dan biologi Universitas Dhyana Pura Bali bekerjasama dengan Mata Garuda LPDP Bali ini diselenggarakan untuk memberikan motivasi dan semangat serta manfaatnya bagi peserta yang mendengar langsung tips dan strategi yang dibagikan oleh para narasumber.

Meski berlangsung secara daring, namun antusiasme peserta mengikuti kegiatan ini sangatlah tinggi dan terlihat dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada narasumber sangat bersemangat mengejar mimpi jadi kenyataan para pejuang beasiswa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *