Jakarta – Anggota parlemen Rusia, Dmitry Novikov, mengisyaratkan bahwa miliarder Elon Musk dapat mencari suaka politik di Rusia di tengah meningkatnya ketegangan antara Musk dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Berdasarkan laporan kantor berita Rusia, TASS, Novikov, yang juga menjabat sebagai wakil ketua pertama Komite Duma Negara untuk Urusan Internasional Partai Komunis Federasi Rusia, membuat pernyataan tersebut menyusul saling tuding yang memanas antara Elon Musk dan Trump.
“Saya pikir Musk memiliki permainan yang sama sekali berbeda, bahwa ia tidak akan membutuhkan suaka politik apa pun, meskipun, jika ia membutuhkannya, Rusia, tentu saja, dapat menyediakannya,” kata Novikov ketika menanggapi pertanyaan tentang apakah Rusia siap memberikan suaka kepada Musk, seperti yang diperoleh mantan kontraktor AS Edward Snowden sebelumnya.
Novikov mencatat bahwa selama bertahun-tahun, Elon Musk telah membentuk “semacam komunikasi politik” sehingga “perbedaan pendapat individu akan tetap menjadi perbedaan pendapat yang terpisah.”
“Pada tahap ini, kembalinya tim Demokrat ke Gedung Putih dalam tiga tahun bukanlah yang menurut saya dibutuhkan Musk dan bukan yang siap dia puji. Oleh karena itu, ada perbedaan taktis, dan ada hal-hal strategis, dan menurut saya dia akan mematuhinya,” ujarnya.
Novikov membuat komentar ini setelah Steve Bannon, mantan ahli strategi Gedung Putih, menyebut Musk sebagai “alien ilegal” yang harus dideportasi dari Amerika Serikat. Bannon juga mendesak pemerintah AS untuk menyita perusahaan miliarder teknologi itu, SpaceX. Bannon merupakan salah satu kritikus Elon Musk yang paling vokal
“Mereka (pemerintah AS) harus memulai penyelidikan formal atas status imigrasinya karena saya sangat yakin bahwa dia adalah alien ilegal, dan dia harus segera dideportasi dari negara ini,” tuturnya, dikutip dari NDTV.
Pernyataan Bannon muncul setelah Musk mengancam akan menutup pesawat ruang angkasa Dragon SpaceX yang membawa astronot ke dan dari Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Bannon berpendapat hal ini dapat menjadi ancaman serius bagi negara tersebut sehingga dia menilai Trump harus menandatangani perintah berdasarkan Undang-Undang Produksi Pertahanan untuk segera mengambil alih SpaceX.
Menurut Moscow Times, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menolak mengomentari perselisihan tersebut ketika ditanya pada Jumat lalu.
“Ini adalah masalah domestik Amerika Serikat, dan kami tidak bermaksud untuk ikut campur,” ucap Peskov kepada wartawan. “Kami yakin presiden AS akan menangani situasi ini sendiri.”
Sebelumnya, Rusia pernah memberikan suaka kepada whistleblower AS Edward Snowden dan blogger Inggris pro-Kremlin Graham Phillips.
Di AS, perselisihan antara Trump Musk makin runcing. Trump mengatakan pada Jumat lalu bahwa ia tidak berencana untuk berbicara dengan miliarder Elon Musk setelah perseteruan mereka terungkap ke publik pada pekan ini.
“Tidak, saya tidak punya rencana apa pun,” kata Trump kepada wartawan pada Jumat malam yang dilansir dari NBC News. Ketika itu, dia ditanya apakah bermaksud menghubungi mantan penasihatnya itu.
Ketika ditanya tentang pandangannya terhadap Musk, Trump berkata, “Saya tidak memikirkan Elon. Anda tahu, saya hanya mendoakan yang terbaik untuknya.”
Trump menambahkan bahwa dia tidak tertarik untuk berdamai dengan CEO Tesla itu.
Kepala staf Gedung Putih Susie Wiles mengatakan kepada NBC News pada hari sebelumnya bahwa Trump tidak akan melakukan panggilan telepon pada hari Jumat dengan Elon Musk. “Tidak ada rencana untuk itu hari ini,” tutur Wiles. Dia menanggapi laporan Politico bahwa para pembantu Gedung Putih menjadwalkan panggilan telepon pada Jumat dengan Musk untuk mencoba menyelesaikan masalah dengan Trump.
Seorang pejabat senior Gedung Putih mengatakan bahwa Trump tak tertarik untuk menelepon Elon Musk.
Sekretaris pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan Trump berfokus pada “One Big Beautiful Bill,” RUU kebijakan dalam negeri Partai Republik yang ditolak Musk. RUU ini memicu perselisihan mereka. “Itulah pola pikirnya saat meninggalkan Ruang Oval kemarin,” katanya.
Orang-orang di Gedung Putih memperkirakan Elon Musk harus menenangkan keadaan sebelum terjadi de-eskalasi permanen. Trump tidak akan mundur dari RUU yang amat ditentang Elon Musk ini.(tmp/d14)