ads

Perekonomian Sumut di 2023 Diperkirakan Tetap Kuat

Medan – Perekonomian Sumatera Utara (Sumut) tahun 2023 diprakirakan tetap kuat bias atas dalam kisaran 3,9-4,7% (yoy). Namun demikian, terdapat beberapa potensi risiko yang perlu diwaspadai karena dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi Sumut.

“Potensi resiko tersebut seperti koreksi harga komoditas unggulan Sumut sejalan dengan rebound ekonomi China yang tidak sekuat perkiraan, potensi meningkatnya nilai barang impor, serta potensi gangguan produksi hortikultura dampak fenomena El Nino,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumut I Gede Putu Wira.

Menurutnya perekonomian Sumatera Utara pada triwulan II-2023 tumbuh 5,19% (yoy), meningkat dibandingkan periode sebelumnya. Pertumbuhan Sumut pada periode laporan ini juga lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan nasional (5,17%, yoy) dan Sumatera (4,90%, yoy) pada periode yang sama.

“Dari sisi pengeluaran, akselerasi pertumbuhan utamanya berasal dari daya beli yang terjaga dan meningkatnya aktivitas mobilitas seiring dengan momen hari besar keagamaan dan libur sekolah,” pungkasnya.

Hal ini tecermin pada pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang mencapai pertumbuhan 6% (yoy), lebih tinggi dibanding rerata pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebelum pandemi sebesar 4,99%.

“Sementara itu, dari sisi lapangan usaha (LU), sumber pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2023 utamanya didorong oleh sektor industri pengolahan yang mencatatkan kenaikan andil tertinggi dari triwulan I-2023. LU pertanian serta perdagangan besar dan eceran masih mencatatkan pertumbuhan yang kuat pada triwulan II-2023,” ungkapnya.

I Gede Putu Wira mengatakan laju inflasi Sumatera Utara pada tahun 2023 diprakirakan lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya dengan prasyarat perlunya peningkatan produksi bahan pangan strategis.

“Sinergi kebijakan yang lebih kuat antara pemerintah pusat dan daerah dengan Bank Indonesia, antara lain melalui penguatan implementasi GNPIP dan optimalisasi pemanfaatan anggaran pemerintah untuk pengendalian inflasi pangan,” paparnya.

Sinergi tersebut, tambahnya, diharapkan dapat mengarahkan inflasi kembali ke dalam sasaran inflasi nasional 3%±1% lebih awal dari prakiraan sebelumnya. Namun demikian, masih terdapat beberapa risiko pendorong inflasi Sumatera Utara pada Tahun 2023.

“Adapun faktor pendorong inflasi di Sumut antara lain berlanjutnya fragmentasi politik dan ekonomi dunia meskipun akan berangsur berkurang dengan pengetatan kebijakan moneter oleh bank sentral, kenaikan tarif cukai hasil tembakau (CHT) untuk rokok sebesar 10% pada tahun 2023 dan 2024,” ungkapnya

Kemudian, potensi gangguan produksi hortikultura seiring dengan prakiraan keberlangsungan fenomena El Nino yang diperkirakan terjadi pada semester II 2023 serta potensi inflasi yang berasal dari barang impor melalui transmisi depresiasi nilai tukar.

Sedangkan faktor penahan inflasi di Sumut antara lain melalui penguatan implementasi GNPIP, penerapan kebijakan subsidi domestik yang lebih stabil sepanjang tahun 2023.

“Lalu ekspektasi inflasi yang terus terjaga penetapan harga acuan pembelian dan penjualan (HAP) dalam Peraturan Badan Pangan Nasional No 11 Tahun 2022 untuk komoditas kedelai, bawang merah, cabai rawit merah, cabai merah keriting, daging sapi atau kerbau, dan gula konsumsi,” terangnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *