Bali – Rendahnya Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dan mengimplementasikan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) ditingkat sekolah dasar (SD) menjadi focus utama yang harus ditingkatkan dalam Pendidikan di Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali.
PPK merupakan stematis untuk mengembangkan nilai-nilai moral dan etika yang baik dalam diri siswa melalui proses pendidikan yang bertujuan untuk membentuk individu yang berkarakter baik, memiliki sikap dan perilaku yang positif, serta mampu berkontribusi secara konstruktif dalam masyarakat.
Pendidikan karakter tidak hanya berfokus pada aspek akademis, tetapi juga pada pengembangan nilai-nilai seperti integritas, kerja keras, tanggung jawab, empati, dan kerja sama. Sedangkan GLS adalah program yang bertujuan untuk meningkatkan minat baca dan kemampuan literasi siswa di lingkungan sekolah.
Literasi di sini tidak hanya terbatas pada kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga mencakup literasi informasi, literasi digital, literasi media, dan literasi finansial.
Tujuan utamanya adalah membentuk budaya literasi di sekolah yang mendukung pengembangan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan komunikatif pada siswa.
Dua misi besar pada Kurikulum Merdeka bagi guru PJOK SD sangat susah dilaksanakan, mengingat materi PJOK lebih cenderung terfokus pada praktek gerakan fisik individu (senam dan lari) dan gerakan permainan (bola voli dan sepakbola).
Meskipun sebagian anggota kelompok kerja guru olahraga (KKGO) berpendapat konsep literasi bisa dilakukan sebelum pembelajaran PJOK dengan membaca maupun menulis petunjuk materi olahraga, dan penguatan karakter akan tumbuh secara otomatis.
Namun hal prinsip yang belum mampu dilakukan guru PJOK di KKGO kecamatan Buleleng adalah menyinkronisasi empat dimensi pendidikan karakter pada proses pembelajaran PJOK. Kondisi ini terlihat dari hasil observasi awal yang mengarah rendahnya sinkronisasi empat dimensi.
Selain itu juga, anggota KKGO SD menyatakan dalam proses pembelajaran PJOK belum ditemukan metode permainan yang mengkombinasikan dimensi literasi dengan dimensi kinestetik.
Melalui kelompok skema pemberdayaan berbasis masyarakat dengan ruang lingkup Pengabdian Masyarakat Pemula (PMP) 100 Hari Penguatan Pendidikan Karakter, Melalui Metode Permainan Otak Dan Otot (O2) Menuju Gerakan Literasi Sekolah Dasar di Kecamatan Buleleng-Bali yang merupakan Hibah Kemendikbudristek tahun 2024, STKIP Agama Hindu Singaraja memberikan sosialisasi, pelatihan, dan pendampingan implementasi metode permaian Otak dan Otot dalam upaya menguatkan PPK dan GLS siswa SD di Kecamatan Buleleng.
Kegiatan pengabdian dilakukan oleh tim dosen Pendidikan Olahraga dan Kesehatan STKIP Agama Hindu Singaraja yang terdiri dari Dr. Ketut Hendry Wijaya Kusuma, S.Pd., M.Pd. dan Dr. Gede Hendri Ari Susila, S.Pd., M.Or.
Selain itu juga pada skema ini pelaksanaan PMP berkolaborasi dengan dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) I Putu Edy Purnawijaya, S.Pd., M.Pd. dari Universitas Dwijendra.
Pada kegiatan ini tim PMP memberikan bantuan alat berupa, alat pull up tower, white boardt, papan vertikal, matras, cone, dan stop watch dan peluit kepada sekolah dengan harapan alat-alat tersebut dapat membantu program KKGO dalam memfasilitasi penguatan PPK dan GLS melalui metode permainan otak dan otot.
“Kami mengucapkan terimakasih, atas bantuan alat dan edukasi dari Program Pengabdian Masyarakat Pemula yang dilaksanakan oleh STKIP Agama Hindu di KKGO SD sekecamatan Buleleng, tentunya melalui kegiatan itu memberikan motivasi kepada kami bahwa melalui pembelajaran PJOK penguatan unsur karakter dan literasi bisa ditumbuh kembangkan melalui metode permainan otak dan otot.“ Kata I Gede Wijayasa, S.Pd. Ketua KKGO SD sekecamatan Buleleng.